Jasmerah mencatat Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terlibat
dalam berbagai pemberontakan baik pada jaman penjajahan Belanda melawan
pemerintahan kolonial maupun pada jaman setelah kemerdekaan Indonesia melawan
pemerintahan Republik Indonesia dengan tujuan untuk mengambil alih kekuasaan.
Jaman Penjajahan Belanda
Pada Mei 1925, Komite Exec dari
Komintern dalam rapat pleno memerintahkan komunis di Indonesia untuk membentuk
sebuah front anti-imperialis bersatu dengan organisasi nasionalis non-komunis,
tetapi unsur-unsur ekstremis didominasi oleh Alimin & Musso menyerukan
revolusi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda. Dalam sebuah
konferensi di Prambanan, Jawa Tengah, serikat buruh perdagangan yang dikontrol
komunis memutuskan revolusi akan dimulai dengan pemogokan oleh para pekerja
buruh kereta api yang akan menjadi sinyal pemogokan yang lebih umum dan luas
untuk kemudian revolusi akan bisa dimulai. Hal ini akan mengarah pada PKI yang
akan menggantikan pemerintah kolonial.
Pada November 1926 PKI memimpin
pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatera Barat.
PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Bersama Alimin, Musso yang
merupakan salah satu pemimpin PKI di era tersebut sedang tidak berada di
Indonesia. Ia sedang melakukan pembicaraan dengan Tan Malaka yang tidak setuju
dengan langkah pemberontakan tersebut. Pemberontakan ini akhirnya dihancurkan
dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000
orang ditahan, 4.500 dipenjara, sejumlah 1.308 yang umumnya kader-kader partai
diasingkan, dan 823 dikirim ke Boven Digul, sebuah kamp tahanan di Papua.
Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis
yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas
pemberontakan kaum komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh
pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
Rencana pemberontakan itu sendiri
sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam perundingan rahasia aktivis PKI di
Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama
PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra. Tan Malaka memprediksi
bahwa pemberontakan akan gagal, karena menurutnya basis kaum proletar Indonesia
adalah rakyat petani bukan buruh seperti di Uni Soviet. Penolakan tersebut
membuat Tan Malaka di cap sebagai pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh
sentral perjuangan Revolusi Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru
terjadi setelah pemberontakan di Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang
di Sumatra.
Pada masa awal pelarangan ini,
PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena banyak dari
pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI Musso kembali dari
pengasingan di Moskwa, Uni Soviet, untuk menata kembali PKI dalam gerakannya di
bawah tanah. Namun Musso hanya tinggal sebentar di Indonesia. Kemudian PKI
bergerak di berbagai front, seperti misalnya Gerindo dan serikat-serikat buruh.
Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di
kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan Indonesia , yang tak lama kemudian
berpihak pada PKI.
.......
0 Response to "Pemberontakan-pemberontakan PKI (1)"
Post a Comment